Monday, April 30, 2018

Superkidz Science Story: Keajaiban Tubuh Manusia




Judul               : Superkidz Science Story: Keajaiban Tubuh Manusia
Penulis            : Lish Adnan
Ilustrator          : Rahmat Algifari
Penyunting      : Sulistyo Wibowo, Elly Dian M., Anggita Linggar P.
Penata Letak   : Radityo Wahyu Saputro
Perancang Sampul: Viki Dedy Irawan
Penerbit           : Visi Mandiri
Tahun Terbit    : Nopember 2017
Tebal               : 136 halaman
Ukuran            : 17 x 24 cm
Cover              : Softcover
ISBN               : 978-602-50253-3-4
 
Cover Buku Superkidz Science Story: Keajaiban Tubuh Manusia oleh Lish Adnan

Blurb:
Adik-adik, di dalam tubuh kita ternyata banyak kejadian yang berhubungan dengan sains. Kira-kira apa saja kejadian-kejadian itu?
Buku ini mengungkap berbagai kejadian menakjubkan yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehar-hari. Sambil membaca cerita serunya, kalian juga bisa belajar fakta sainsnya.


Sekilas Bagian Isi Buku
Di dalam buku ini ada 12 cerita seru tentang Cisko dan kawan-kawannya. Selain cerita seru yang bisa diambil hikmahnya, ada juga 12 pertanyaan seputar sains. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ditanyakan seorang anak. Tentunya ada jawaban dan penjelasannya.
Ditambah lagi ada kolom info yang bisa menambah pengetahuan anak dan tips seputar kesehatan. Ada bonusnya juga, yakni gambar yang bisa diwarnai anak dan aktivitas kreatif lainnya.
Hmmm,,, satu buku dapat 3 keuntungan, kan? 
  1. Cerita seru yang berhikmah. Anak-anak bisa belajar tentang moral.
  2. Pertanyaan disertai jawaban dan penjelasan. Dari sini anak-anak belajar pengetahuan sains.
  3. Aktivitas kreatif yang bisa mengasah kreativitas anak.
1
Jadi, buat Bunda, Ayah, Kakak, Tante, Om, buku ini bisa menjadi pilihan untuk anak-anak. Bisa cari di toko buku atau beli online.

Friday, April 27, 2018

Cernak Lampung Post: Sepeda Ontel Tio-Lish Adnan

Assalamu'alaikum

Saya kembali akan berbagi cernak. Cernak yang kali ini dimuat di Lampung Post. Saya mengirim naskahnya pada tanggal 20 September 2016 dan dimuat pada edisi 25 September 2016. 
Pertama kali dimuat di Lampung Post itu rasanya seneeeng banget. Alhamdulillah bisa nembus media yang satu ini. 
Judul cernak ini Sepeda Ontel Tio. Cernak yang terinspirasi setelah melihat sebuah gambar sepeda. Ya, kadang sebuah gambar memang bisa memunculkan ide. Cring!!

Yuk, langsung saja simak ceritanya! 


Sepeda Ontel Tio
Oleh Lish Adnan 
Cernak Lampost: Sepeda Ontel Tio oleh Lish Adnan

Sepulang sekolah, Tio terlihat murung. Dia tak seperti biasanya. Ibu yang melihat bertanya, “Kamu kenapa? Kok, kelihatan ndak semangat?”
Tio menghela nafas. Dia menatap ke arah sepeda ontel yang selalu dipakainya ke sekolah. Sepeda ontel pemberian Kakek. Ibu menangkap arah mata Tio.
“Ada apa dengan sepedanya?” Ibu bertanya lagi. Tio hanya menggelengkan kepala.
“Bannya kempes?” Ibu mencoba menebak. Lagi-lagi Tio menggeleng.
“Bannya bocor?” Ibu mengira lagi. Tio membalas semua pertanyaan Ibu dengan gelengan kepala.
“Terus kenapa? Cerita dong sama Ibu,” pinta Ibu. Ibu duduk mendekat disamping Tio. Berharap Tio mau mencurahkan isi htinya.
“Sebenarnya, Tio malu, Bu. Tio malu diledek sama teman-teman soal sepeda ontel itu. Katanya sepeda Tio itu jadul (jaman dulu), ndak keren,” cerita Tio. Ibu mengelus kepala anaknya.
“Tio ingin sepeda baru, Bu,” ujar Tio lirih.
Ibu tak langsung mengiyakan keinginan Tio. Beliau ingin meminta pendapat Bapak terlebih dulu. Meski Ibu tahu, Bapak tak mungkin mengizinkannya.
⃰ ⃰ ⃰
Tio jongkok menghadap sepedanya. Dia tengah berusaha memasangkan rantai yang terlepas dari tempatnya. Faiz, teman sekelasnya menghampiri Tio.
“Kenapa dengan sepedamu, Tio?” tanya Faiz.
“Ini, Iz, rantai sepedaku lepas,” jawab Tio sambil masih berusaha memasngkan rantai sepedanya.
Faiz yang saat itu masih duduk di atas sepedanya, turun. Dia melihat lebih dekat. Disaat itu, Zidan datang.
“Sepeda jadul dipakai. Sepeda jadul itu harusnya disimpan di museum!” ledek Zidan. Tio yang mendengar ledekan Zidan hanya terdiam.
“Eh, jangan gitu! Udah Tio, tidak usah di dengarkan,” bela Faiz.
Zidan terus saja tertawa dan meledek sepeda Tio dengan sebutan sepeda jadul. Dia lalu pergi dengan sepeda baru miliknya. Sepeda Zidan memang terlihat keren. Tak seperti sepeda milik Tio yang terlihat lawas. Ya, sepeda ontel milik Tio memang keluaran lama. Sepeda itu Kakek miliki sejak masih kecil. Tentu sudah puluhan tahun umurnya. Lebih tua dari umur Tio.
Hari ini mau tak mau Tio harus pulang jalan kaki dari sekolahnya sambil menuntun sepedanya. Tak ada bengkel dekat sekolahnya. Lagi pula Bapak bisa membetulkannya.
Di rumah, Tio terus menekuk wajahnya. Bapak yang melihatnya bertanya. Tio memberanikan diri meminta sepeda baru pada Bapak. Tapi Bapak beralasan tak punya uang. Tio menyarankan agar sepeda ontel miliknya dijual dan uangnya untuk membeli sepeda baru.
“Maafkan Bapak, Tio. Sepeda ontel itu tak akan pernah bisa Bapak jual,” ujar Bapak. Mata Bapak menerawang jauh ke depan. Bapak menjelaskan kisah dibalik sepeda ontel Kakek.
⃰ ⃰ ⃰
Siang sepulang sekolah, gantian Zidan yang memandangi sepedanya di parkiran. Mukanya terlihat panik. Beberapa temannya mengelilingi Zidan.
Tio dan Faiz yang akan pulang berhenti. Mereka turun dari sepedanya dan melihat apa yang terjadi. Rupanya ban sepeda Zidan bocor.
Tio menawarkan diri mengantar Zidan pulang. Kebetulan rumah mereka searah. Dan sepeda ontel milik Tio ada boncengannya. Tak seperti sepeda milik teman-temannya yang lain.
“Tio, apa kamu yakin bisa? Sepeda kamu, kan, besar!” kata Faiz.
“Iya, bisa. Aku sudah pernah, kok, boncengin sepupuku dulu pas liburan,” balas Tio mantap.
Awalnya Zidan sedikit ragu, tapi akhirnya dia mau membonceng Tio. Sementara sepeda milik Zidan dititipkan di Pak Kebon sekolahnya.
Diperjalanan, Zidan dan Tio merasa canggung. Maklum, mereka tak begitu akrab. Tapi, tak berapa lama kemudian, Tio berhasil mencairkan suasana lewat cerita sepeda ontelnya. Ya, kisah dibalik sepeda ontel miliknya yang kemarin diceritakan Bapak.
Sepeda ontel milik Kakek sangat berjasa untuk Bapak. Berkat sepeda ontel itu, Bapak tetap semangat melanjutkan sekolah. Bapak menggunakan sepeda itu untuk berangkat ke sekolahnya. Di saat teman-temannya yang lain banyak yang putus sekolah karena jarak sekolah terlalu jauh.
Sepeda ontel itu menyimpan banyak kenangn antara Bapak dan Kakek. Bapak sering ke sawah dibonceng Kakek dengan sepeda ontel itu. Kakek selalu menceritakan kisah-kisah perjuangan yang membuat bapak tetap semangat.
“Kata Bapakku, sepeda ontel ini menyimpan banyak kenangan dan bisa membuat Bapak semangat saat melihatnya,” cerita Tio.
“Satu lagi. Bukan terlihat bagus atau tidaknya sepeda, tapi yang penting fungsinya, “ tambah Tio menirukan kata-kata Bapak. Penjelasan Bapak kemarin membuat Tio tak malu lagi dengan sepeda ontelnya.
“Benar juga kata Bapakmu. Buktinya sepedaku. Terlihat bagus, tapi sekarang tidak bisa dipakai! Maaf ya, Tio, kemarin sudah mengejek sepedamu,” ucap Zidan.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Zidan. Tio senang bisa membantu. Zidan sangat berterima kasih pada Tio. Kalau tak ada Tio, dia mungkin harus berjalan kaki sampai rumah.
Tio segera melanjutkan perjalannannya ke rumah. Hari ini kau sudah menciptakan kenangan baru, sepeda ontel. Terima kasih, Kakek. Batin Tio.
Tio teringat dengan wajah kakeknya yang kini sudah tiada. Bagi Tio dan Bapak, sepeda ontel pemberian Kakek itu sangat berjasa.
⃰ ⃰ ⃰ 

Cernak di atas adalah naskah asli yang saya kirim ke redaksi Lampost. 

Terinspirasi boleh, tapi memplagiat jangan.

Thursday, April 26, 2018

Superkidz Science Story: Keajaiban Alam Sekitar


Judul               : Superkidz Science Story: Keajaiban Alam Sekitar
Penulis            : Lish Adnan
Ilustrator          : Rahmat Algifari
Penyunting      : Tin Zulaeha
Penata Letak dan Perancang Sampul: Viki Dedy Irawan
Penerbit           : Visi Mandiri
Tahun Terbit     : Agustus 2017
Tebal                : 96 halaman
Ukuran             : 17 x 24 cm
Cover               : Softcover
ISBN                : 978-602-612-257-5
 
Cover Buku Superkidz Science Story: Keajaiban Alam Sekitar
Blurb:
Adik-adik, di sekitar kita ternyata banyak kejadian yang berhubungan dengan sains. Kira-kira apa saja kejadian-kejadian itu?
Buku ini mengungkap berbagai kejadian menakjubkan yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehar-hari. Sambil membaca cerita serunya, kalian juga bisa belajar fakta sainsnya.

Sekilas Bagian Isi Buku
Di dalam buku ini ada 10  cerita seru tentang kehidupan Lilo dan keluarganya serta dengan teman-temannya. Di bagian awal, kamu bisa berkenalan dengan para tokohnya. Ada Lilo yang bercita-cita menjadi professor, Ayah dan Ibu, Lili, adik Lilo yang lucu, Sarah, Eki, Bimo, dan Paman Sandi. Dari cerita mereka, kamu bisa mengambil hikmahnya.
Contoh cerita dalam buku Superkidz Science Story: Keajaiban Alam Sekitar
 
Contoh aktivitas kreatif dalam buku Superkidz Science Story: Keajaiban Alam Sekitar
Bersama para tokoh, kamu akan diajak pada satu pertanyaan. Semua ada 10 pertanyaan. Pertanyaan seputar kejadian sehari-hari itu akan dijawab berserta dengan penjelasannya.
Ada juga aktivitas seru yang bisa mengasah kreativitas anak. 


Oke, segitu dulu, ya. Jangan lupa beli bukunya di toko buku atau di marketplace. Harga normalnya Rp. 49.000 saja.

Membeli buku bermanfaat adalah sebuah investasi.  😁

Tuesday, April 24, 2018

Cernak Solopos: Lomba Azan-Lish Adnan

Cernak saya yang pertama kali dimuat itu di Solopos. Waktu itu hari Minggu, buka Facebook. Buka kiriman di grup Sastra Minggu. Daaan,,, Ada yang menuliskan nama saya di sana. Ternyata cernak yang saya kirim tanggal 11 Juni 2016 dimuat di Solopos edisi 19 Juni 2016. Termasuk cepet. Nggak kaya di Majalah Bobo yang antreannya panjang. Kalau di Solopos setahu saya biasanya paling lama itu 1 bulan. 

Cernak ini terinspirasi dari diri sendiri yang mempunyai volume suara yang kecil, hehe... Saya gabungkan dengan lomba azan karena teringat dengan lomba yang kadang diadakan pas bulan Ramadhan. Ssstt,,, Beberapa nama tokoh di cernak ini diambil dari nama anak yang dulu ikut les di rumah. Terkadang, apa yang ada di sekitar bisa kita jadikan sebuah cerita. 

Oke, yuk langsung saja yang mau baca!

Lomba Azan 
Oleh Lish Adnan

Cernak Lomba Azan oleh Lish Adnan dimuat di Solopos edisi 19 Juni 2016
 
Seminggu lagi ada lomba adzan untuk anak-anak di masjid tempat tinggal Zaki. Hampir semua anak laki-laki di komplek tersebut mendaftarkan diri.

Zaki menjadi salah satu diantara mereka yang ingin mendaftarkan diri. Namun ia ragu setelah mendengar kata-kata dari Ozan.

“Hei, Zaki, kamu tidak perlu ikut lomba adzan. Bisa-bisa nanti jurinya malah bingung tidak bisa menilai kamu karena gak dengar suara adzannya. Ha....” kata Ozan diikuti tawa teman-temannya yang lain.
Zaki hanya tertunduk diam.
“Jangan begitu, Zan. Setiap anak laki-laki disini, kan boleh ikut,” bela Adi.
“Tidak apa-apa, Di. Apa yang dikatakan Ozan memang benar,” ujar Zaki lemah.
Zaki memang memiliki volume suara yang kecil. Seringkali Zaki harus mengulang apa yang dikatakannya pada lawan bicaranya. Tak jarang beberapa dari lawan bicaranya marah dengan volume suara Zaki yang kecil bahkan kadang tak terdengar.
***

Zaki terduduk lemas di ruang keluarga. Dia hanya bisa mendengarkan Fajar, kakaknya yang sedang berlatih untuk lomba adzan.
Fajar yang melihat adiknya berhenti berlatih dan duduk di samping Zaki.
“Kenapa dari tadi diam saja, sih?” tanya Fajar.
“Tidak apa-apa, kok,” jawab Zaki lirih.
“Kenapa?” tanya Fajar lagi sambil mendekatkan telinganya ke arah Zaki.
“Tidak apa-apa, Kak. Zaki baik-baik saja, kok,” jawab Zaki agak kencang.
“Tidak apa-apa, kok, mukanya ditekuk gitu,” balas Fajar. “Eh iya, kamu tidak latihan buat lomba adzan nanti? Kan, waktuya tinggal tiga hari lagi,” lanjut Fajar.
“Aku tidak ikut.” Zaki menjawab dengan lirih.
“Kenapa tidak ikut? Bukannya kamu yang waktu itu lebih semangat berlatih setelah mendengar ada lomba adzan di komplek kita?!”
“Kata Ozan suaraku terlalu kecil. Bisa-bisa juri tidak bisa dengar.”
“Omongan dia tidak usah kamu dengarkan. Kalau kamu ingin ikut, ya tinggal ikut aja,” ujar Fajar.
Zaki tertunduk menghela nafas.
***

Hari perlombaan tiba. Seusai sholat tarawih dan tadarus, orang-orang berkumpul di dekat panggung di samping masjid. Semua anak yang ikut lomba maju satu persatu mengumandangkan adzan. Orang tua yang mendengar suara adzan anaknya terharu.
Fajar tampil di urutan kedua. Disana juga ada Zaki, namun sayang dia hanya sebagai penonton. Kata-kata Fajar tak berhasil meyakinkan Zaki untuk ikut lomba.
Zaki menyaksikan lomba adzan itu dengan perasaan campur aduk. Dia senang mendengar suara adzan dari teman-temannya. Apalagi ketika mendengar suara adzan kakaknya. Namun disisi lain, dia merasa sedih karena tak ikut lomba itu.
***

“Nananana...” Fajar berdendang sembari membersihkan tropi miliknya. Dia menang juara dua lomba adzan.
“Zaki, terlihat mengkilat kan?” tanya Fajar.
“Hm, iya.” Zaki mengangguk lemah.
“Lemes banget sih jawabnya,” kata Fajar. “Kamu pengen, ya?” tanya Fajar setengah meledek.
“Tidak, kok.”
“Sudah, deh. Mengaku saja!”
“Kalau aku bilang tidak, ya, tidak!” teriak Zaki.
Fajar kaget. Zaki terlihat kesal dengan kata-kata Fajar.
Ibu datang dari arah dapur menuju meja makan.
“Eh, sudah-sudah. Ayo, bantu Ibu menyiapkan makanan berbuka!” Ibu menengahi adu mulut anaknya.
Zaki dan Fajar membawa makanan dari dapur menuju meja makan. Sementara itu Ayah baru selesai mandi dan duduk di meja makan.
“Nah, gitu dong, adik kakak harus bisa kerjasama.” Kata Ayah, tak tahu apa yang baru saja terjadi.
Zaki dan Fajar tak terlalu memperdulikan kata-kata ayahnya.
Setelah semuanya tersaji di atas meja, mereka duduk manis menunggu adzan magrib.
Allahuakbar Allahuakbar...” suara adzan terdengar.
Alhamdulillah,” ucap Ibu.
“Eh, tunggu, itu kok kaya suaranya Zaki?” tanya Fajar heran.
“Apanya yang kaya suaraku?” Zaki balik bertanya.
“Itu lho, suara adzannya. Iya kan, Yah?” Fajar memastikan pada ayahnya. Ayah yang sedang menyeruput teh hangat berhenti. Ayah mencoba mendengarkan dengan seksama.
“Itu suara adzan di radio, Bu?” Ayah bertanya pada Ibu.
“Iya,” jawab Ibu singkat.
“Sepertinya benar itu suara Zaki,” kata Ayah.
“Tidak salah lagi itu suara Zaki. Ayah yakin sekali. Karena Ayah sering mendengar Zaki berlatih adzan di kamarnya,” lanjut Ayah mantap.
“Ah, mana mungkin suara adzan Zaki bisa sampai di radio?!” Zaki tidak yakin.
“Itu mungkin saja,” kata Ibu.
Semua mata memandang ke arah Ibu. Kenapa Ibu mantap sekali mengatakan itu? pikir Fajar.
“Ini,” Ibu memberikan sebuah bingkisan pada Zaki.
“Apa itu?” tanya Zaki, Ayah, dan Fajar bersamaan.
***

“Zaki, selamat, ya!” ucap Adi.
“Aku kemarin dengar lho di radio. Suara adzan kamu bagus juga,” puji Adi. Zaki tersipu malu.
Teman-teman dan tetangga Zaki kagum. Mereka tak mengira di lingkungan tempat tinggalnya ada muadzin cilik dengan suara yang indah.
Ozan dan teman-teman yang sebelumnya sempat mengejek Zaki hanya terdiam. Mereka malu pada Zaki.
Ini semua berkat Ibu. Ternyata di saat Zaki sedang berlatih adzan Ibu diam-diam merekamnya. Ibu tahu ada lomba adzan untuk anak di radio. Ibu mengirimkan rekaman adzan milik Zaki. Tak disangka suara adzan milik Zaki lolos. Alhasil, rekaman adzan Zaki diperdengarkan saat bedug maghrib selama bulan Ramdahan.
Zaki memang tak mendapatkan tropi seperti Fajar. Tapi, dia mendapat sarung dan baju koko. Ditambah lagi Ozan dan teman-temannya tak lagi berani mengejek Zaki soal volume suaranya yang kecil.
***
  
Semoga apa yang saya bagi bisa bermanfaat. Aamiin.. 
Perlu diperhatikan, naskah cernak ini adalah naskah sebelum direvisi editor. Jadi ya, ada beberapa kata yang tidak sesuai.