Apa kabar semua? Lama nih, nggak ngisi blog, hihi...
Kali ini, ada cernak berupa fabel. Ini fabel pertama saya yang dimuat di media. Alhamdulillah. Terinspirasi dari gorengan, hehe... Fabel ini dimuat di Lampung Post edisi Minggu, 6 November 2016. Yuk, cus langsung saja baca!
Nyanyian Popi si Kuda Poni
Oleh
Lish Adnan
“La...
la... la...,” Popi si kuda poni bernyanyi dengan riangnya. Popi memang memiliki
suara yang indah nan merdu. Nyanyiannya membuat mereka yang mendengar menjadi
bahagia.
Popi
selalu berhasil memenagkan setiap kontes menyanyi yang diikutinya. Hampir semua
hewan yang tinggal di hutan iri dengan suara Popi. Nyanyian Popi yang indah
bahkan bisa membuat Raku si kura-kura sembuh dari sakitnya.
“Nyanyianku
ini memang luar biasa! Ha... ha...,” Popi membanggakan dirinya sendiri.
“Ya,
aku mengakui kehebatan suaramu,” ujar Raku.
“Oh,
iya, apa kau akan ikut kontes menyanyi di pusat hutan?” tanya Meri si burung
merak.
“Tentu
saja aku akan ikut. Aku pasti bisa mengalahkan semuanya!” jawab Popi dengan
percaya diri. Dia mengibaskan ekornya yang menjuntai cantik. Selain suara
nyanyiannya yang merdu, Popi juga mempunyai penampilan yang memikat. Dia kuda
poni yang cantik.
“Sepertinya
kau yakin sekali akan menang?!” tukas Meri.
“Sudah
pasti aku akan menang. Siapa yang tidak tahu aku, Popi si kuda poni yang selalu
menang kontes.” Popi tertawa bangga pada kehebatannya sendiri.
Suara
Popi memang sudah tak diragukan lagi. Tapi Meri terlihat tak suka mendengarnya.
Popi terkesan menyombongkan kehebatannya.
⃰ ⃰
⃰
“Semua
pasti akan kalah kalau melawanku. Tak akan ada yang bisa menandingi
kehebatanku! Penampilanku juga menawan. Ha... ha...” Popi bercermin sambil
berkata pada dirinya sendiri.
Rambut
poninya dia kibaskan bak artis yang sedang berpose untuk dipotret. Hal yang
sering dilakukankannya saat berjalan di depan teman-temannya yang lain.
Sore
ini, Popi berjalan-jalan keliling hutan. Dia senang sekali melihat
teman-temannya berlatih untuk kontes menyanyi. Bukan senang karena melihat
teman-temannya sedang berusaha, melainkan karena dia bisa menertawakannya.
“Kalau
suaramu tak kuat, sebaiknya jangan kau paksakan, Meri. Aku sangat terganggu
mendengar suaramu yang seperti suara cicit tikus,” ujar Meri diikuti tawa
khasnya yang meledek.
“Kau
benar-benar keterlaluan, Popi!” sentak Meri merak. Meri merak melipat ekornya
yang cantik dan segera masuk ke rumahnya.
“Bruk!”
suara bantingan pintu yang ditutup membuat Popi kaget. Popi segera pergi dari halaman
rumah Meri.
Popi
kembali berkeliling melihat temannya yang sedang berlatih. Kali ini dia
berkunjung ke rumah Stefi si jerapah.
“Stefi,
apa kau tidak berlatih?” tanya Popi.
“Tentu
saja aku berlatih. Tapi aku berhenti begitu melihat kau datang. Aku ingin
menyambutmu, si juara kontes menyanyi berturut-turut,” puji Stefi.
“Wah,
kau bisa saja, Stef! Tapi sebaiknya kau terus berlatih karena sangat berat
untuk melawanku.” Lagi-lagi Popi sangat percaya diri dengan kemampuannya.
Stefi
tak marah mendengarnya. Dia sudah memahami sifat Popi. Bagi Stefi, percuma saja
marah. Hal itu justru akan membuat Popi semakin menyombongkan diri.
Popi
tak begitu senang melihat Stefi. Tak ada yang bisa dia tertawakan di rumah
Stefi. Popi pun pergi lalu dia mendatangi Kuci si kancil.
Di
rumah Kuci, Popi disuguhi aneka jajanan yang digoreng. Popi suka sekali
gorengan yang disajikan Kuci.
“Ehmm...
Nyammi... Ini enyak syekali Kuci. Aku ingin teryus memakannya,” ucap Popi.
Karena mulutnya penuh gorengan, kata-kata yang diucapkan Popi sedikit tak
jelas. Meski begitu, Kuci masih bisa mengerti maksud Popi.
Kuci
tersenyum senang melihat Popi lahap memakan gorengan yang disajikannya. Tak
lupa Kuci menyediakan air untuk Popi.
Popi
tak lagi ingat maksud kedatangannya yang ingin melihat dan menertawakan latihan
menyanyi Kuci. Padahal, dari sekian hewan yang ikut kontes menyanyi, Popi
paling suka menertawakan Kuci. Ya, suara Kuci memang tak bagus. Tapi, Kuci
paling giat berlatih diantara semuanya.
Setelah
mengobrol tentang resep gorengan Kuci, Popi pamit pulang. Kuci memberikan
sebungkus gorengan untuk Popi.
“Terima
kasih, Kuci. Aku pasti akan memakan semuanya. Oh, ya, besok kau juga harus bawa
gorengan buatanmu, ya!” ucap Popi senang.
Kuci
heran dan bertanya untuk apa dia membawa gorengan ke tempat kontes.
“Tentu
saja kau harus memberikannya padaku sebagai tanda selamat atas kemenanganku
besok.” Lagi, Popi berkata dengan penuh kesombongan sambil mengibaskan poninya.
⃰ ⃰
⃰
Popi
berlari tak tentu arah di lapangan tempat kontes menyanyi diadakan. Popi tampak marah setelah kontes berakhir. Dia tak
menyangka akan jadi begini.
Para
penonton berjalan menepi. Takut akan kena amukan Popi. Karena juara kontes
menyanyi kali ini bukan Popi, melainkan Stefi.
“Tenanglah
Popi! Ini, kan, hanya kontes menyanyi.” ujar Stefi. Popi diam sejenak. napasnya
terengah-engah.
“Rasakan
kau! Makannya jangan sombong dengan kelebihanmu!” tukas Meri.
Popi
tampak kesal mendengar ucapan Meri. Tapi dia merasa lemas setelah berlarian tak
tentu arah. Bahkan untuk membalas ucapan Meri pun dia tak bisa. Suaranya parau
setelah kemarin malam menghabiskan semua gorengan pemberian Kuci.
“Apa
yang dikatakan Meri benar. Kau tak boleh sombong dengan apa yang kamu miliki.
Seharusnya kau bisa mengajari teman-temanmu yang lain bernyanyi. Cobalah! Kau
pasti akan lebih bahagia dibanding menertawakan teman-temanmu,” Belo si Beo memberi
saran.
Popi
menurut. Dia ingin mencoba saran Belo. Awalnya tak mudah merubah kebiasaannya
menyombongkan diri. Tapi Popi berusaha keras. Dan sekarang dia merasakan
kebahagiaan yang luar biasa saat bisa berbagi ilmu dengan teman-temannya.
⃰ ⃰
⃰
Semoga fabel ini bisa bermanfaat. Yang mau dibacakan untuk anaknya, adik, ponakan, siswanya, silakan. Yang mau buat belajar nulis, silakan. Tapi ingat, jangan diplagiat, ya! Hehe... Bahaya. 😁
See you next post 😁
No comments:
Post a Comment