Thursday, October 18, 2018

[Cernak] Nyanyian Popi Si Kuda Poni

Assalamu'alaikum.. 

Apa kabar semua? Lama nih, nggak ngisi blog, hihi...

Kali ini, ada cernak berupa fabel. Ini fabel pertama saya yang dimuat di media. Alhamdulillah. Terinspirasi dari gorengan, hehe... Fabel ini dimuat di Lampung Post edisi Minggu, 6 November 2016. Yuk, cus langsung saja baca!



Nyanyian Popi si Kuda Poni
Oleh Lish Adnan 

“La... la... la...,” Popi si kuda poni bernyanyi dengan riangnya. Popi memang memiliki suara yang indah nan merdu. Nyanyiannya membuat mereka yang mendengar menjadi bahagia.
Popi selalu berhasil memenagkan setiap kontes menyanyi yang diikutinya. Hampir semua hewan yang tinggal di hutan iri dengan suara Popi. Nyanyian Popi yang indah bahkan bisa membuat Raku si kura-kura sembuh dari sakitnya.
“Nyanyianku ini memang luar biasa! Ha... ha...,” Popi membanggakan dirinya sendiri.
“Ya, aku mengakui kehebatan suaramu,” ujar Raku.
“Oh, iya, apa kau akan ikut kontes menyanyi di pusat hutan?” tanya Meri si burung merak.
“Tentu saja aku akan ikut. Aku pasti bisa mengalahkan semuanya!” jawab Popi dengan percaya diri. Dia mengibaskan ekornya yang menjuntai cantik. Selain suara nyanyiannya yang merdu, Popi juga mempunyai penampilan yang memikat. Dia kuda poni yang cantik.
“Sepertinya kau yakin sekali akan menang?!” tukas Meri.
“Sudah pasti aku akan menang. Siapa yang tidak tahu aku, Popi si kuda poni yang selalu menang kontes.” Popi tertawa bangga pada kehebatannya sendiri.
Suara Popi memang sudah tak diragukan lagi. Tapi Meri terlihat tak suka mendengarnya. Popi terkesan menyombongkan kehebatannya.
⃰ ⃰ ⃰
“Semua pasti akan kalah kalau melawanku. Tak akan ada yang bisa menandingi kehebatanku! Penampilanku juga menawan. Ha... ha...” Popi bercermin sambil berkata pada dirinya sendiri.
Rambut poninya dia kibaskan bak artis yang sedang berpose untuk dipotret. Hal yang sering dilakukankannya saat berjalan di depan teman-temannya yang lain.
Sore ini, Popi berjalan-jalan keliling hutan. Dia senang sekali melihat teman-temannya berlatih untuk kontes menyanyi. Bukan senang karena melihat teman-temannya sedang berusaha, melainkan karena dia bisa menertawakannya.
“Kalau suaramu tak kuat, sebaiknya jangan kau paksakan, Meri. Aku sangat terganggu mendengar suaramu yang seperti suara cicit tikus,” ujar Meri diikuti tawa khasnya yang meledek.
“Kau benar-benar keterlaluan, Popi!” sentak Meri merak. Meri merak melipat ekornya yang cantik dan segera masuk ke rumahnya.
“Bruk!” suara bantingan pintu yang ditutup membuat Popi kaget. Popi segera pergi dari halaman rumah Meri.
Popi kembali berkeliling melihat temannya yang sedang berlatih. Kali ini dia berkunjung ke rumah Stefi si jerapah.
“Stefi, apa kau tidak berlatih?” tanya Popi.
“Tentu saja aku berlatih. Tapi aku berhenti begitu melihat kau datang. Aku ingin menyambutmu, si juara kontes menyanyi berturut-turut,” puji Stefi.
“Wah, kau bisa saja, Stef! Tapi sebaiknya kau terus berlatih karena sangat berat untuk melawanku.” Lagi-lagi Popi sangat percaya diri dengan kemampuannya.
Stefi tak marah mendengarnya. Dia sudah memahami sifat Popi. Bagi Stefi, percuma saja marah. Hal itu justru akan membuat Popi semakin menyombongkan diri.
Popi tak begitu senang melihat Stefi. Tak ada yang bisa dia tertawakan di rumah Stefi. Popi pun pergi lalu dia mendatangi Kuci si kancil.
Di rumah Kuci, Popi disuguhi aneka jajanan yang digoreng. Popi suka sekali gorengan yang disajikan Kuci.
“Ehmm... Nyammi... Ini enyak syekali Kuci. Aku ingin teryus memakannya,” ucap Popi. Karena mulutnya penuh gorengan, kata-kata yang diucapkan Popi sedikit tak jelas. Meski begitu, Kuci masih bisa mengerti maksud Popi.
Kuci tersenyum senang melihat Popi lahap memakan gorengan yang disajikannya. Tak lupa Kuci menyediakan air untuk Popi.
Popi tak lagi ingat maksud kedatangannya yang ingin melihat dan menertawakan latihan menyanyi Kuci. Padahal, dari sekian hewan yang ikut kontes menyanyi, Popi paling suka menertawakan Kuci. Ya, suara Kuci memang tak bagus. Tapi, Kuci paling giat berlatih diantara semuanya.
Setelah mengobrol tentang resep gorengan Kuci, Popi pamit pulang. Kuci memberikan sebungkus gorengan untuk Popi.
“Terima kasih, Kuci. Aku pasti akan memakan semuanya. Oh, ya, besok kau juga harus bawa gorengan buatanmu, ya!” ucap Popi senang.
Kuci heran dan bertanya untuk apa dia membawa gorengan ke tempat kontes.
“Tentu saja kau harus memberikannya padaku sebagai tanda selamat atas kemenanganku besok.” Lagi, Popi berkata dengan penuh kesombongan sambil mengibaskan poninya.
⃰ ⃰ ⃰
Popi berlari tak tentu arah di lapangan tempat kontes menyanyi diadakan. Popi  tampak marah setelah kontes berakhir. Dia tak menyangka akan jadi begini.
Para penonton berjalan menepi. Takut akan kena amukan Popi. Karena juara kontes menyanyi kali ini bukan Popi, melainkan Stefi.
“Tenanglah Popi! Ini, kan, hanya kontes menyanyi.” ujar Stefi. Popi diam sejenak. napasnya terengah-engah.
“Rasakan kau! Makannya jangan sombong dengan kelebihanmu!” tukas Meri.
Popi tampak kesal mendengar ucapan Meri. Tapi dia merasa lemas setelah berlarian tak tentu arah. Bahkan untuk membalas ucapan Meri pun dia tak bisa. Suaranya parau setelah kemarin malam menghabiskan semua gorengan pemberian Kuci.
“Apa yang dikatakan Meri benar. Kau tak boleh sombong dengan apa yang kamu miliki. Seharusnya kau bisa mengajari teman-temanmu yang lain bernyanyi. Cobalah! Kau pasti akan lebih bahagia dibanding menertawakan teman-temanmu,” Belo si Beo memberi saran.
Popi menurut. Dia ingin mencoba saran Belo. Awalnya tak mudah merubah kebiasaannya menyombongkan diri. Tapi Popi berusaha keras. Dan sekarang dia merasakan kebahagiaan yang luar biasa saat bisa berbagi ilmu dengan teman-temannya.
⃰ ⃰ ⃰ 

Semoga fabel ini bisa bermanfaat. Yang mau dibacakan untuk anaknya, adik, ponakan, siswanya, silakan. Yang mau buat belajar nulis, silakan. Tapi ingat, jangan diplagiat, ya! Hehe... Bahaya. 😁

See you next post 😁


No comments:

Post a Comment