Cerita anak berjudul Robot Idaman ini dimuat di Suara Merdeka edisi 14 Mei 2017. Naskah ini saya kirim pada tanggal 10 April 2017. Hampir satu bulan, ya.
Cernak ini terinspirasi dari pria idaman. Eh, bukan ding! 😜 Cernak ini terinspirasi dari mainan robot-robotan. Saat terpikir mainan robot, saya buka kembali memori ingatan saya beberapa tahun silam. Saat menuliskannya, saya membayangkan masa itu. Masa di mana adik mempunyai mainan robot-robotan.
Yuk, mari langsung dibaca!
Robot Idaman
Oleh
Lish Adnan
Robot Idaman-Lish Adnan |
Danu
ingin sekali punya robot-robotan. Teman-teman di sekolahnya, banyak yang punya.
Hampir setiap jam istirahat, mereka membicarakan soal robot miliknya yang
hebat.
Siang
ini, mereka sudah janjian akan ke rumah Andi untuk main robot-robotan. Danu
yang tidak punya robot jadi merasa sedih. Tapi dia tetap akan datang ke rumah
Andi.
Setelah
makan siang di rumah, Danu pamit pada Ibu untuk ke rumah Andi.
Rumah
Andi sudah ramai oleh anak-anak. Ternyata tidak hanya anak laki-laki, ada anak
perempuan juga. Tapi anak perempuan tidak membawa robot. Mereka hanya ingin
menyaksikan para robot beraksi seperti halnya Danu.
Ciuuu... Ciuuu... Drot
totototot....
Fire, fire...
Suara
robot di halaman rumah Andi terdengar ramai sekali. Anak-anak berkerumun
melihat aksi para robot.
Danu
sampai melongo saat melihat robot milik Andi beraksi.
“Koda
siap bertugas,” suara robot milik Andi yang bernama Koda. Usai mengeluarkan
kata-kata seperti itu, robot itu memberi hormat lalu mulai berjalan dan
mengeluarkan bunyi tembakan.
“Wah,
keren sekali robot milikmu, Andi,” komentatr Reza.
“Iya,
dia bahkan bisa berbicara,” tambah Danu.
Anak-anak
yang lain juga dibuat takjub dengan robot milik Andi. Robot itu bisa berjalan
ke segala arah. Saat ada benda di depannya, robot itu bisa berputar sendiri
mencari jalan lain.
Danu
terus teringat dengan robot Andi sampai rumah.
“Ibu,
Danu minta belikan robot-robotan dong! teman-teman Danu sudah pada punya,”
pinta Danu.
“Kamu
main pakai robot yang dulu saja, ya!” balas Ibu.
“Tapi
Bu, robot Danu yang dulu kan, nggak bisa gerak sendiri. Kalau yang sekarang
lagi nge-trend itu robot yang bisa
jalan sendiri, bisa mengeluarkan suara juga, Bu. Danu nggak mau main robot yang
dulu.”
“Belikan
ya, Bu. Masa cuma Danu yang nggak punya,” rengek Danu.
“Uang
Ibu nggak cukup buat beli robot seperti itu,” jawab Ibu sembari menyetrika
pakaian.
“Ibu
kamu benar, Danu. Lagi pula, mainan seperti itu biasanya kan, musiman. Nanti
ada lagi mobil-mobilan terbaru, kamu minta beli lagi. Sayang uangnya,” ujar
Bapak yang sedari tadi mendengarkan percakapan Danu dan ibu.
“Kenapa
sih, Bapak nggak kerja di kantor saja? Jadi kan, punya uang yang banyak,” ucap
Danu.
“Bekerja
itu yang penting halal. Bekerja sebagai tukang service lebih baik daripada Bapak nggak punya pekerjaan, gimana?”
ucap Bapak terkekeh.
Bapak
memang orang yang sabar. Tapi tidak dengan Danu. Dia malah manyun mendengar
jawaban Bapak dan segera pergi ke kamarnya.
Danu
ngambek gara-gara tidak dibelikan robot-robotan oleh orang tuanya. Dia jadi jarang
bicara dengan ibu dan bapaknya.
Setelah
dua hari ngambek, Danu tak tahan juga. Dia akhirnya minta maaf.
“Sudah
capek ngambeknya?” ledek Bapak.
“Hehee...
ngambek itu nggak enak, Pak,” balas Danu.
“Jadi
kamu sudah melupakan mainan robot itu?” tanya Ibu.
Danu
menggeleng dengan cepa sambil tersenyu.
“Danu
akan menabung. Kata Bu Guru, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Jadi,
sebagian uang saku Danu akan ditabung. Nanti kalau sudah satu bulan, uangnya
buat beli mainan robot yang keren,” jelas Danu dengan semangat.
Ibu
dan Bapak mendukung Danu untuk menabung.
Sebelum
berangkat sekolah, Danu memasukkan setengah dari uang sakunya ke dalam
celengan. Dia takut kalau sudah dibawa ke sekolah akan dipakai untuk jajan.
Dua
minggu sudah Danu menabung. Dia tidak jajan banyak di sekolah. Akibatnya, Danu cepat
merasa lapar. Dia langsung makan setelah pulang sekolah.
Siang
itu, saat Danu sedang menonton TV, Bapak pulang dan duduk di samping Danu.
“Danu,
ini buat kamu!” kata Bapak sambil memberikan sebuah kantong plastik pada Danu.
Bapak tersenyum ceria saat memberikannya.
“Ini
apa, Pak?” tanya Danu penasaran.
“Buka
saja!” kata Bapak.
Danu
bertanya-tanya apa sebenarnya isi dari kantong plastik yang diberikan Bapak.
Seperti ada kotak di dalamnya. Jarang sekali Bapak memberikan sesuatu seperti
itu. Padahal hari itu juga bukan ulang tahunnya.
“Woah,
Pak, ini robot-robotan buat Danu?” teriak Danu dengan senangnya. “Iya, itu buat
kamu.”
“Terima
kasih ya, Pak. Danu senang sekali. Ini bahkan ada remot kontrolnya. Keren
sekali!” ucap Danu sebari mengamati robot yang berada di tangannya.
“Iya.
Bapak juga bahagia bisa memberikanmu mainan seperti itu,” ucap Bapak dengan mata
berkaca-kaca.
Ibu
datang menghampiri. Rupanya Ibu sudah tahu perihal robot itu.
“Ada
yang memberikan robot itu pada Bapak sewaktu membetulkan Radio miliknya.
Katanya robot-robotan itu milik anaknya yang sudah SMA. Robot itu juga sudah
rusak. Bapak coba membetulkannya dan ternyata bisa,” cerita Bapak panjang
lebar.
“Danu
senang sekali, Pak. Maafkan Danu karena pernah merendahkan pekerjaan Bapak
sebagai tukang servis barang elektronik.” Danu memeluk Bapaknya.
“Bapakmu
itu memang hebat. Kamu juga hebat karena mau menabung,” ucap Ibu bahagia.
Danu
bahagia sekali. Robot idaman sudah berada ditangannya. Uang yang sudah ditabung
selama ini akan dia simpan untuk keperluan lain.
⃰ ⃰
⃰
Semoga bisa bermanfaat, ya. Tapi jangan sampai dimanfaatkan untuk keperluan yang tidak baik.
Kenangan tak pernah hilang. Ia tersimpan dalam laci terkunci bertuliskan kenangan.
No comments:
Post a Comment