Thursday, August 30, 2018

[Cernak Padek] Pipit dan Jus Wortel

Assalamu'alaikum...

Kali ini saya hadir membagikan salah satu cerpen anak saya yang dimuat di Padang Ekspres (Padek). Cernak ini dimuat 4 September 2016. Udah lama ya, hee...

Cernak yang berjudul, 'Pipit dan Jus Wortel' ini terinspirasi dari pengalaman pribadi. Nah, kan, pengalaman yang kita miliki juga bisa dijadikan sebuah tulisan. Tentunya dengan pengembangan-pengembangan. Kaya bikin kue ya, mesti ditambah pengembang, Haha... 😂

Yuk, langsung aja dibaca! 


Pipit dan Jus Wortel
Oleh Lish Adnan
Cernak Pipit dan Jus Wortel
“Pipit, nonton TV-nya jangan terlalu dekat!” perintah Ibu. “Kalau terlalu jauh kurang jelas, Bu,” jawab Pipit. Ibu mendesah dan pergi ke dapur untuk memasak. Pipit tetap asyik menonton kartun di TV.
Pipit memang sering menonton TV dengan jarak yang dekat. Ayah dan Ibu sudah sering menegurnya tapi tak dihiraukannya.
Malam harinya, Pipit lagi-lagi asyik dengan kegiataannya sampai lupa waktunya makan malam.
Tok tok tok... Ibu mengetuk pintu kamar Pipit.
“Iya, masuk,” sahut Pipit dari balik selimut.
“AAAaarrggh...!” Ibu berteriak sesaat setelah membuka pintu kamar Pipit.
Pipit dengan santainya menatap Ibu sambil memegang senter. Ibu mendekati Pipit. Pipit bangun dari tempat tidurnya. Kini dia duduk berdampingan dengan Ibu.
“Kamu ini kenapa membaca sambil tiduran? Dibalik selimut. Sambil pegang senter. Terus, lampunya dimatikan lagi! Ibu, kan, jadi kaget!” protes Ibu.
“Biar lebih seru, Bu. Ini kan buku misteri.” Pipit menunjuk buku yang tadi dibacanya.
“Baca sambil tiduran itu nggak baik buat kesehatan mata kamu. Ibu sudah bilang berkali-kali.”
“Tapi lebih enak, Bu,” jawab Pipit sambil menyeringai.
Ibu hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban dari Pipit.
***
Bu Ratna menuliskan sebuah rumus di papan tulis. Semua siswa di kelas menyalinnya ke buku catatan. Tapi Pipit hanya memandangi papan tulis. Dia memicingkan matanya berkali-kali. Tulisan di papan tulisan terlihat tak jelas. Akhirnya Pipit melihat buku catatan milik Dewi, teman sebangkunya.
Rupanya tak hanya tulisan Bu Ratna yang tak jelas, tulisan Pak Joko juga tak jelas bagi Pipit. Pipit lagi-lagi memicingkan matanya. Dia masih bisa membacanya sedikit. Dua hari berturut-turut tulisan di papan tulis terlihat kabur.
“Kenapa tulisannya berbayang, yah?!” gumam Pipit.
Pipit merasa tak nyaman dengan keadaan tersebut.
***
“Pokoknya, Aku tidak mau minum jus wortel!” teriak Pipit sambil memalingkan wajahnya dari jus wortel yang tergeletak di meja.
“Itu, kan, saran dari dokter, biar mata kamu cepat sembuh,” bujuk Ibu.
Pipit hanya terdiam. Dia jelas masih ingat kata-kata dokter yang menyarankan minum jus wortel setiap hari. Menurut dokter, mata Pipit mengalami kelelahan akibat dari kebiasaan buruknya setiap hari. Jika tidak segera ditangani, Pipit bisa mengalami mata minus.
***
“Aku tidak mau!” teriak Putri.
“Tapi kau harus meminum sari-sariku agar dapat melihat lagi,” sebuah wortel mengejar Putri yang berlari tak tentu arah. Sepertinya Putri tak dapat melihat apa-apa.
Pipit iba melihat keadaan sang Putri. Dia kenal betul dengan Putri dari buku yang sering dibacanya.
Tiba-tiba Putri berdiri di belakang Pipit. Putri meminta perlindungan dari Pipit. Dia memegangi bahu Pipit.
“Jangan paksa aku! Aku tak suka dengan sari-sarimu,” kata Putri.
“Iya, benar. Jangan paksa Putri,” bela Pipit.
“Aku hanya ingin Putri dapat melihat lagi. Jadi, Putri bisa melihat bunga-bunga indah yang berwarna-warni. Melihat indahnya langit yang cerah,” jelas wortel.
Pipit berpikir sejenak kemudian berkata, “Apa yang dia katakan ada benarnya juga, Putri. Aku juga ingin kau bisa melihat lagi.”
Putri terdiam. Perlahan Putri melepaskan bahu Pipit dan berdiri disampingnya. “Haruskahh aku meminum sari-sarimu?” tanya Putri.
Wortel menangangguk kencang. Putri diam saja. Ah, Pipit ingat, Putri tak bisa melihat.
“Tentu saja, Putri,” kata Pipit dengan tegas.
“Baiklah, aku akan meminumnya.”
Sesaat setelah meminum sari-sari wortel, mata Putri mulai bisa melihat lagi.
Pipit teringat dengan pesan dokter dan jus wortel buatan Ibu. Tak lama kemudian, dia terbangun dari tidurnya. Mengucek matanya. Lalu Pipit berjalan menuju kulkas. Dia segera meminum jus wortel yang dibuat Ibu.
Ibu heran dengan apa yang baru saja dilihatnya.
“Ibu tidak salah lihat, kan? Tadi kamu minum jus wortelnya?” Ibu bertanya pada Pipit.
“Iya, Bu. Aku masih ingin melihat bunga yang berwarna-warni. Tidak enak juga lihat tulisan berbayang di papan tulis,” jawab Pipit.
Ibu tersenyum bangga mendengar penjelasan Pipit. Meski masih bingung kenapa tiba-tiba Pipit berpikir seperti itu. Ah, sudahlah yang penting anakku mau minum jus wortelnya. Pikir Ibu.
Sejak saat itu, Pipit rajin minum jus wortel dan makan sayur-sayuran. Dia juga tak lagi melakukan kebiasaan buruknya.
***


Semoga tulisan ini bisa bermanfaat. 
Oh iya, selain dari pengalaman pribadi, ide juga datang darimana saja lho. Kamu bisa baca di Ide Cerita Anak 

Sampai jumpa di tulisan berikutnya. 👋


Sunday, August 19, 2018

Ide Cerita Anak


Apa itu ide?
 
Di KBBI, ide adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita.
Untuk menuliskan sebuah cerita anak, kita membutuhkan ide. Ide itu ibarat sebuah benih. Bayangkan jika tidak ada benih, maka tidak ada yang bisa tumbuh. Tidak ada ide, maka tidak ada pula yang dapat dituliskan.

Dari mana datangnya ide cerita anak?
Dari mata turun ke hati. Hehehe... nggak ding, bercanda. Tapi, ini bisa juga terjadi. 😆
Ide cerita anak bisa datang dari mana saja. Berdasarkan pengalaman saya yang masih seuprit, ide itu kadang bahkan bisa muncul saat kita memikirkan satu kata. Ya, satu kata.
Itu baru satu jalan untuk mendapatkan ide. Masih ada jalan lain untuk mendapatkan ide. Yuk, ah, langsung saja!


1. Dari pengalaman pribadi
Ini sering saya lakukan. Kadang, saya teringat dengan pengalaman masa kecil. Dari pengalaman itu, saya memikirkan sebuah cerita yang mungkin terjadi. Bahkan, pengalaman pribadi yang baru-baru terjadi juga bisa dijadikan ide sebuah cerita anak.
Karena cerita anak nggak melulu harus diambil dari pengalaman pas masa kanak-kanak. Yang sudah baca cerita ‘Lomba Azan’ pasti tahu dong, ya. Itu adalah salah satu cerita dari dibuat dari pengalaman pribadi. Yang belum baca, bisa baca di sini

Cerita dari pengalaman pribadi ini nggak mesti plek atau sama persis dengan pengalaman yang kita alami. Kita bisa mengembangkannya. Jadi, kita ambil idenya saja atau garis besarnya saja. Selebihnya biarkan imajinasi kita bermain.

2. Dari membaca buku
Membaca buku menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan penulis. Saat membaca buku, kita akan mendapatkan banyak ide jika kita bisa menangkapnya. Misal, kita membaca buku tentang laut, lalu kita jadi mempunyai ide untuk membuat cerita anak tentang pengalaman menyelam di laut.


3. Dari menonton film
Saya suka menonton film animasi. Biarlah yang bilang saya kaya anak kecil, masih suka nonton Doraemon atau Upin Ipin. Haha... Kadang, dari serial atau film animasi saya bisa dapat ide cerita atau tahu kebiasaan anak-anak atau belajar mengembangkan imajinasi.

4. Dari melihat gambar
Sebuah gambar yang kita lihat bisa membuat otak kita berpikir tentang sesuatu yang berkaitan dengan gambar. Misal, kita lihat jendela, lantas otak otomatis terpikir kalau jendela itu sesuatu yang ada di sebuah rumah, bisa membuat ruangan terang, atau bisa mengalikan udara segar. Nah, dari penerjemahan ini bisa terbentuk sebuah cerita. Ada beberapa cerita yang saya tulis berdasarkan melihat sebuah gambar. Dan Alhamdulillah cerita-cerita itu dimuat di surat kabar. Seperti cerita Sepeda Ontel Tio yang dimuat di Lampung Post.

5. Dari memperhatikan orang
Kalau yang ini, kita bisa bermain di karakter. Misal, kita memperhatikan orang yang cerewet. Dari ‘cerewet’ ini bisa kita kembangkan.

6. Dari sebuah mimpi
Ini termasuk yang langka. Sepertinya saya belum pernah dapat dari ini, tapi ada penulis yang pernah melakukannya. Jadi, saya tuliskan. Siapa tahu cocok sama kamu (ceileeh cocok, :D ).

7. Dari iklan
Ini hampir sama dengan melihat gambar, sih.

8. Dari percakapan
Bercakap-cakap juga bisa dijadikan ide lho, asalkan percakapannya ini yang berguna, jangan soal ngomongin orang (ghibah), apalagi fitnah. Aduuh,,,, jangan sampe! Misal, kita bahas gorengan yang banyak minyaknya dan bikin sakit tenggorokan. Jadi deh, satu ide cerita yang pesannya jangan terlalu banyak makan gorengan. Saya pernah menuliskan soal gorengan ini jadi fabel. Judulnya, “Nyanyian Popi Si Kuda Poni”.

9. Dari melihat tempat
Buat yang suka jalan-jalan asik, deh. Melihat sebuah tempat baru bisa menjadi sebuah ide cerita. Sebenarnya, tempat apa saja, sih. Nggak harus tempat wisata. Misal, lihat tempat pengumpulan sampah, jadi deh ide cerita soal daur ulang.

10. Dari pikiran
Kalau ini yang terlintas di pikiran, kita tuliskan. Kadang terpikir begitu saja. Misal, terpikir sebuah kata ‘Perbedaan’. Kita bisa kembangkan jadi sebuah ide cerita. Kata yang terpikir ini bisa kita lanjut tuliskan dan kembangkan apa-apa saja yang terkait perbedaan.

11. Dari perasaan
Ini dalem. Haha... Maksud perasaan di sini, bisa perasaan yang kita rasakan. Sedih, senang, kecewa, menyesal, dan yang lainnya. Contoh: Perasaan menyesal. Kita bisa jadikan sebuah ide cerita tentang penyesalan yang selanjutnya bisa kita kembangkan penyesalan-penyesalan apa yang mungkin dialami oleh seorang anak.

12. Hmm,,,coba kamu isi sendiri deh! 😂 
Iya siapa tahu kamu ada cara lain, hee...

Intinya sih, ide itu buanyaak. Yang penting, kita bisa menangkapnya. 

Oke, itu saja dari saya. Sering-sering mampir sini, ya. Biar saya tambah semangat nulisnya.